MALAKA, NTT – Di bawah langit biru yang membentang di pesisir Pantai Motadikin, suara deburan ombak Samudra Hindia biasanya menjadi satu-satunya melodi yang dominan. Namun, pada medio Desember 2025, suasana di beranda selatan Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, terasa berbeda. Ada kehangatan yang datang dari jauh, tepatnya dari Sumatra Barat dibawa oleh sosok Andreas Sofiandi, Ketua Umum Himpunan Bersatu Teguh (HBT) beserta rombongan.
Kunjungan ini bukan sekadar perjalanan wisata biasa. Di balik keindahan pasir putih Motadikin, tersimpan realita kehidupan masyarakat pesisir yang masih bergelut dengan keterbatasan. Dalam rangka menyambut sukacita Natal, Andreas dan rombongannya menempuh perjalanan jauh demi satu tujuan, merajut simpul persaudaraan tanpa batas sekat geografis maupun keyakinan.
Narasi kemanusiaan ini dimulai saat rombongan memasuki pemukiman warga di Desa Fahiluka. Andreas, yang dikenal sebagai tokoh yang mempromosikan toleransi, tidak ragu untuk masuk ke dalam rumah-rumah tradisional warga yang masih beratap daun dan berdinding bambu sederhana.
Di sana, ia menyaksikan potret kehidupan yang kontras dengan hiruk-pikuk kota besar. Ia melihat anak-anak dengan mata berbinar namun memiliki fisik yang mungil sebuah tanda bahwa perjuangan melawan stunting di wilayah ini masih nyata. Ia juga mendapati fakta menyentuh hati di mana banyak anak sekolah yang setiap harinya berjalan berkilo-meter tanpa alas kaki di atas tanah berbatu.
Momen emosional memuncak ketika bantuan mulai dibagikan. Andreas secara personal memastikan anak-anak di pesisir Motadikin mendapatkan sepatu sekolah baru. Baginya, sepatu bukan sekadar alas kaki, melainkan simbol martabat dan langkah pasti menuju masa depan yang lebih baik melalui pendidikan.
Tawa pecah saat kaum ibu menerima pakaian baru dan bingkisan Natal. Bagi mereka, kehadiran rombongan HBT adalah kado Natal yang datang lebih awal. "Kami ingin mereka merasakan bahwa mereka tidak sendirian. Di mana pun ada kesulitan, di sana harus ada kepedulian," ujar Andreas di sela-sela kegiatannya.
Langkah Andreas Sofiandi di Malaka mempertegas reputasi HBT sebagai organisasi yang tidak hanya aktif dalam penanggulangan bencana, donor darah, tetapi juga konsisten dalam aksi sosial lintas agama. Dengan berkolaborasi bersama tokoh masyarakat setempat, kunjungan ini menjadi bukti nyata bahwa nilai-nilai Pancasila dan toleransi paling indah saat diwujudkan dalam aksi nyata, bukan sekadar retorika.
Perjalanan ke Motadikin ini menjadi catatan penting dalam kiprah Andreas Sofiandi beserta rombongan. Ia membuktikan bahwa seorang pemimpin organisasi Tionghoa dari Sumatra Barat bisa menjadi jembatan kebaikan hingga ke pelosok NTT, menyatukan hati demi kemanusiaan yang adil dan beradab.
"Kebaikan tidak memiliki paspor, dan kepedulian tidak mengenal batas wilayah. Hari ini di Motadikin, kita merayakan kemanusiaan." Ucap Andreas Sofiandi. (And)





